Segala prodak atau karya yang menggunakan prinsip pengetahuan atau kreativitas intelektual dan bertujuan untuk pembangunan ekonomi dapat dikategorikan sebagai gerakan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif di Nusa Tenggara Barat, setidaknya pada masa sebelum pandemi, sedang mengalami peningkatan yang amat pesat. Dari mulai kreativitas visual, tulisan, musik, teater, tari, film, fashion, kriya, dan lain-lainnya, telah berada di tingkat produktivitas yang masif. Banyak komunitas kreatif menggelar gerakan-gerakan kolektif dengan tujuan yang sama; yakni menciptakan ekosistem kreatif yang sehat.
Menyinggung soal industri, maka erat kaitannya dengan komoditas. Komodifikasi dalam wilayah perkreativan bukanlah hal baru di Indonesia. Daerah-daerah lain seperti Jakarta, Yogya, Bandung atau Bali sudah jauh-jauh hari melakukan penjelajahan secara profesional di wilayah ini dan berhasil mendirikan ekosistem industri kreatif yang kokoh. Kehadiran Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi sirine penting yang menandai agar kebangkitan industri kreatif menjadi pembangunan yang merata di seluruh Indonesia, termasuk di Nusa Tenggara Barat.
Proyek-proyek pemerintah yang membahas eksistensi perkreativan merupakan langkah awal atas respons terhadap komitmen Indonesia dalam menempuh revolusi 4.0 yang digadang-gadang akan memaksimalkan peran teknologi-digital dalam proses produksi kekaryaan tersebut. Namun sayang, gerbang menuju imajinasi digital yang penuh kemajuan itu harus kita simpan dulu rapat-rapat. Pandemi menjadi batu yang tidak hanya menyandung langkah-langkah progresif perkreativan, tapi juga menghadang kemajuan itu dapat tercipta.
Urbanisasi
Urban-culture bisa menjadi alternatif wisata di Nusa Tenggara Barat. Selama ini, NTB nyaris kesulitan bersaing dengan Bali untuk urusan wisata. Bukan karena wisata alam NTB tidak lebih unggul, melainkan Bali memiliki urban-culture yang telah terbangun dengan baik sehingga dapat menjadi alternatif bagi para pelancong bilamana – katakanlah – bosan setelah menghabiskan waktu di pantai atau gunung.
Di sisi lain, daerah Perkotaan (urban) idealnya menjadi wilayah yang paling pertama memetakan gerakan ekonomi kreatif. Namun, tindakan itu sepertinya belum bisa dilakukan, sehingga ekosistem kreatif yang diperjuangkan para pelaku kreatif tidak terbentuk dengan sempurna. Para pelaku kreatif ini akhirnya sebatas menjadi sub-culture yang tidak memiliki pengaruh besar.
Gerakan-gerakan dari sub-culture itu kini semakin meredup suaranya semenjak pandemi. Alhasil, culture arus utama yang terbentuk di wilayah perkotaan di NTB tidak dapat menemukan corak yang jelas dan tentu saja, telah gagal menjadi alternatif wisata. Padahal sub-culture dan culture-arus utama mestinya menjadi formula penting untuk mereproduksi urbanisasi. Jika urbanisasi saja tak bisa dihidupkan, maka kecil kemungkinan industri kreatif dapat menemukan “ladangnya”.
Siasat Sederhana
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan pemerintah – selaku pihak otoritas – yakni pertama-tama mendukung gerakan-gerakan atau komunitas sub-culture tersebut. Selama ini, gerakan sub-culture tidak diperhatikan secara serius karena fakta demokrasi dan politik kuantitatif tidak memberikan tempat bagi gerakan-gerakan kecil seperti mereka. Senang atau tidak, pemerintah harus mengenyampikan nalar politis demi masa depan yang lebih adil bagi semua pihak.
Selain merawat gerakan atau komunitas-komunitas kreatif, tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membuka ruang-ruang kreatif. Selama ini, kita belum dapat merasakan arah pembangunan yang jelas di NTB seolah-olah segalanya dilakukan secara sporadis. Membuka ruang-ruang kreatif atau menyediakan fasilitas yang menunjang kegiatan kreatif tidak hanya membantu pemerintah memperjelas agenda pembangunan, melainkan juga memudahkan pemerintah dalam memetakan gerakan-gerakan perkreativan.
Bila kedua hal tersebut sudah dilakukan, maka napas ekonomi kreatif cepat atau lambat akan kembali sehat. Investor atau pihak swasta dari luar NTB tentu akan melihat ini sebagai potensi yang bagus dalam melakukan transaksi ekonomi dengan para pelaku kreatif yang menawarkan karya mereka agar dibeli. Tidak hanya memperjelas corak urbanisasi di NTB, kebangkitan industri kreatif juga pasti akan membantu pemerintah dalam menyediakan alternatif pariwisata yang sesuai dengan arah wacana besar revolusi 4.0.
- Tentang Tuan Guru Tretetet, Ulama dengan Kisah Kesaktian yang Melegenda, Suara Tawanya Renyah - November 6, 2022
- Film Jamal: Fenomena yang Ada di Dekat Kita, dan Kita Tahu itu Apa - September 14, 2021
- Menanti Kata, Kegenitan Lirik dalam Musik Mirakei - September 10, 2021